Description:
Gangguan depresi mayor menjadi kontributor utama beban penyakit global yang memengaruhi jutaan masyarakat
dari segala usia di seluruh dunia. Di berbagai negara, escitalopram dinilai lebih efektif secara biaya dibandingkan
dengan selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) lain yang menjadi terapi lini pertama. Di Indonesia,
escitalopram tidak termasuk dalam Formularium Nasional (Fornas). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
efektivitas biaya dari escitalopram dan fluoksetin dibandingkan dengan sertralin, SSRI yang masuk ke dalam
Fornas, dalam pengobatan gangguan depresi mayor di salah satu klinik di Kota Bandung. Pengumpulan data
dilakukan secara retrospektif dari rekam medis pasien di salah satu klinik di Kota Bandung pada periode 2020–
2021. Total biaya meliputi komponen biaya langsung berdasarkan healthcare perspective (klinik) yakni biaya
jasa dokter, biaya administrasi, dan biaya obat. Efektivitas dihitung berdasarkan per penurunan 1 skor Hamilton
Depression Rating Scale (HDRS). Hasil menunjukkan nilai Incremental Cost-effectiveness Ratio (ICER) antara
sertralin dengan escitalopram dan sertralin dengan fluoksetin berturut-turut Rp772.076,00 dan (Rp467.326,00) per
penurunan 1 skor HDRS. Hasil uji sensitivitas pada nilai ICER antara sertralin dengan escitalopram menunjukkan
penurunan skor HDRS dan biaya antidepresan memiliki rentang yang paling panjang. Penurunan skor HDRS dan
biaya jasa dokter memiliki rentang terpanjang pada nilai ICER antara sertralin dengan fluoksetin. Escitalopram
memiliki efektivitas dan biaya yang lebih tinggi daripada sertralin, sedangkan sertralin lebih cost-saving dibanding
fluoksetin. Efektivitas terapi antidepresan merupakan faktor yang memengaruhi dan memiliki peran penting dalam
penentuan nilai ICER.
URL:
http://103.158.96.210:88/web_repository/uploads/40355-178582-3-PB.pdf
Type:
Journal
Document:
Diploma III Farmasi
Date:
23-06-2024
Author:
Sani A. R. Lestari